
![]() |
Foto: Logo International Monetary Fund (IMF). IMF via AP |
Dana Moneter Internasional atau IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan mencapai 5% pada tahun ini maupun sampai 2026.
Dalam forecast terbarunya yang termaktub dalam World Economic Outlook (WEF) edisi April 2025, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya akan mencapai 4,7% pada 2025-2026.
Proyeksi itu merevisi ke bawah perkirakan pertumbuhan
ekonomi sebelumnya dalam WEF edisi Januari 2025. Saat itu, IMF memprediksi
ekonomi RI masih bisa tumbuh sebesar 5,1% pada tahun ini dan 2026.
Penurunan proyeksi ini serupa dengan perlambatan ekonomi
secara global akibat perang tarif dagang yang tinggi, yang pertama kali
diterapkan Presiden AS Donald Trump terhadap negara-negara mitra dagang
utamanya, dan dibalas China dengan tarif resiprokal yang juga tinggi.
"Jika terus berlanjut, kenaikan tarif yang tiba-tiba dan ketidakpastian yang menyertainya akan memperlambat pertumbuhan global secara signifikan," kata Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas saat konferensi pers Selasa malam (22/4/2025) waktu Indonesia.
Untuk inflasi, IMF memperkirakan, di Indonesia akan terjadi
pelemahan signifikan, dari 2024 sebesar 2,3% menjadi hanya 1,7% pada 2025,
meski pada 2026 kembali naik ke level 2,5%.
Transaksi berjalan atau current account balance, IMF
perkirakan Indonesia akan defisit makin dalam dari 0,6% pada 2024 menjadi 1,5%
pada 2025 dan berlanjut pada 2026 sebesar 1,6%.
Sedangkan dari sisi pengangguran, persentase perkiraannya
akan mengalami kenaikan bertahap, dari 2024 hanya sebesar 4,9%, menjadi 5% pada
2025, dan 5,1% pada 2026.
Proyeksi IMF terbaru ini terhadap pertumbuhan ekonomi
Indonesia secara keseluruhan itu pun lebih rendah dibanding realisasi pada 2024
yang masih mampu tumbuh di kisaran 5%.
Dibanding negara tetangga atau emerging market lainnya,
ekonomi Indonesia masih lebih rendah dari Filipina dan Vietnam, walaupun juga
sama-sama ada penurunan proyeksi untuk 2025.
Filipina misalnya, IMF proyeksi hanya akan tumbuh 5,5% pada
2025, dari sebelumnya pada 2024 mampu tumbuh 5,7%. Namun, pada 2028, IMF ramal
ekonomi Filipina akan bangkit dengan pertumbuhan 5,8% pada 2026.
Sementara itu, Vietnam ekonominya berpotensi drop menjadi
hanya akan tumbuh 5,2% pada 2025 dari proyeksi realisasi pada 2024 yang tumbuh
7,1%. Efek pengenaan tarif perdagangan oleh AS akan terus memperdalam laju
perlambatan ekonomi Vietnam hingga 2026 menjadi hanya akan tumbuh 4% menurut
IMF.
Lalu, Malaysia, sebagai negara tetangga RI juga IMF
perkirakan hanya akan tumbuh 4,1% pada 2025 dari sebelumnya mampu tumbuh 5,1%
pada 2024. Pada 2026 proyeksi dari IMF semakin rendah terhadap pertumbuhan
ekonomi Malaysia, menjadi hanya 3,8%.
Untuk China, pertumbuhan ekonominya hanya akan mencapai 4%
pada 2025-2026, lebih lambat dari realisasi pertumbuhan GDP pada 2024 yang
masih mampu tumbuh 5%.
"Banyak ekonomi emerging market dapat menghadapi
perlambatan signifikan tergantung pada besaran penetapan tarif. Kami telah
menurunkan perkiraan pertumbuhan untuk kelompok emerging market sebesar 0,5
poin persentase, menjadi 3,7%," kata Pierre. Sumber artikel cnbcindonesia